Entri Populer

Senin, 30 Januari 2012

Mamalia


ASAL USUL MANUSIA

Bertentangan dengan pernyataan kaum evolusionis, mamalia muncul di bumi secara tiba-tiba tanpa nenek moyang apapun. Bahkan, para evolusionis tidak memiliki penjelasan atas asal-usul kelompok mamalia yang berbeda-beda.

Sebagaimana yang telah kita pahami, teori evolusi mengemukakan bahwa sejumlah makhluk yang diduga pernah ada, keluar dari laut dan merubah diri mereka menjadi reptil, dan burung terbentuk dari evolusi reptil-reptil tersebut. Menurut skenario yang sama, reptil bukan saja menjadi nenek moyang burung, tetapi juga mamalia. Namun, terdapat jurang pemisah yang besar antara reptil dan mamalia dilihat dari struktur tubuh keduanya. Di satu pihak reptil bersisik, berdarah dingin dan berkembang biak dengan bertelur. Sedangkan di pihak lain, tubuh mamalia tertutup rambut, berdarah panas, dan berkembang biak dengan melahirkan anaknya.
RAMBUT
Tubuh mamalia ditutupi oleh rambut, ciri yang tidak ditemukan pada kelompok makhluk hidup lainnya. Sedangkan tubuh reptil, yang dikatakan sebagai nenek moyang mamalia, tertutup oleh sisik. Para evolusionis memilih untuk diam dalam menanggapi pertanyaan bagaimana sisik dapat berubah menjadi rambut.
Satu contoh yang memisahkan reptil dengan mamalia adalah struktur rahang mereka. Rahang bawah mamalia terdiri dari hanya satu tulang rahang bawah dan gigi-gigi terletak pada tulang ini. Sedangkan pada reptil terdapat tiga tulang kecil pada kedua sisi rahang bawahnya.
Satu perbedaan mendasar lainnya adalah semua mamalia memiliki tiga tulang di dalam telinga bagian tengahnya (yakni martil, landasan dan sanggurdi). Semua reptil hanya memiliki satu tulang di dalam telinga bagian tengahnya. Evolusionis menyatakan bahwa rahang dan telinga bagian tengah reptil berevolusi secara bertahap menjadi rahang dan telinga mamalia. Akan tetapi bagaimana perubahan ini terjadi masih merupakan pertanyaan yang tak terjawab. Khususnya, pertanyaan tentang bagaimana telinga dengan satu tulang berevolusi menjadi telinga dengan tiga tulang, dan bagaimana proses mendengar tetap berfungsi selama perubahan tersebut berlangsung, tidak pernah dapat dijelaskan.
Tidaklah mengherankan jika tak satu pun fosil yang menghubungkan reptil dengan mamalia pernah ditemukan. Inilah sebabnya mengapa ahli paleontologi evolusionis Roger Lewin terpaksa mengatakan "peralihan menjadi mamalia pertama…masih merupakan tanda tanya".43
George Gaylord Simpson, salah satu ahli evolusi terkemuka abad ke-20 memberikan pernyataan mengenai fakta yang cukup membingungkan para evolusionis sebagaimana berikut:


BUKTI FOSIL
Tidak ada perbedaan antara lusinan fosil mamalia jutaan tahun yang lalu dengan mamalia yang hidup sekarang. Lebih jauh lagi, fosil-fosil ini muncul secara tiba-tiba, tanpa ada kaitan dengan spesies manapun yang ada sebelumnya.

Peristiwa paling membingungkan dalam sejarah kehidupan di bumi adalah perubahan dari Mesozoik, yakni Zaman Reptil, ke Zaman Mamalia. Seolah layar diturunkan secara tiba-tiba di atas panggung di mana seluruh peran utama dimainkan oleh reptil, khususnya dinosaurus, dalam jumlah yang besar dan dengan keberagaman yang mengejutkan, dan kemudian layar naik kembali untuk menampakkan pemandangan yang sama tetapi dengan kelompok pemain yang sama sekali baru, suatu kelompok pemain tanpa kemunculan dinosaurus sama sekali, reptil-reptil jenis lain ada dalam jumlah besar, dan seluruh peran utamanya dimainkan oleh beragam mamalia yang tidak dijumpai dalam peran sebelumnya. 44

KELELAWAR DAN SISTEM SONAR
Kelelawar, satu-satunya spesies mamalia terbang, adalah salah satu organisme yang menyulitkan teori evolusi. Evolusionis mengatakan bahwa kelelawar berevolusi secara bertahap, tapi mereka tidak memiliki jawaban yang tegas dan pasti mengenai asal-usul sayap kelelawar. Terlebih lagi, fosil kelelawar yang berusia 50 juta tahun memperlihatkan bahwa hewan ini telah ada dalam keadaannya yang sempurna saat itu.
Selain itu, kelelawar memiliki sistem sonar yang sangat peka. Dengan telinganya yang lebar, mereka merasakan dan mengenali gema dari bunyi berfrekuensi tinggi yang mereka keluarkan. Kemunculan sistem kompleks seperti ini tidak dapat dijelaskan melalui peristiwa kebetulan.

Kesemua ini menunjukkan mamalia juga muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam keadaan telah lengkap, tanpa nenek moyang apa pun. Ini merupakan bukti nyata bahwa mereka telah diciptakan oleh Allah.
MAMALIA LAUT DAN BERUANG
Mamalia laut, seperti lumba-lumba dan paus, adalah binatang utama yang membingungkan para evolusionis. Menurut teori evolusi, binatang ini haruslah berevolusi dari mamalia darat, akan tetapi tidak ada mamalia darat yang dapat dianggap sebagai "nenek moyang" dari spesies ini. Dalam bukunya "The Origin of Species", Darwin menyatakan bahwa "paus berevolusi dari beruang yang mencoba untuk berenang." Namun, di kemudian hari, ia menyadari kemustahilan pernyataan tersebut dan menghilangkan pembahasan ini dari edisi terakhir bukunya.

Minggu, 11 Desember 2011

Sejarah Awal Manusia

igrasi Manusia Dari Sungai Mekong Ke Dunia Melayu

Sungai Mekong
Sungai Mekong, yang berukuran 4180km panjang, bermula dari Tibet dan melalui Yunnan, wilayah China, Myanmar, Thailand, Laos, Kemboja dan Vietnam. Pakar-pakar Antropologi menjejaki migrasi masyarakat Melayu Proto, yang merupakan pelaut, lebih kurang 10,000 tahun dahulu apabila mereka belayar menggunakan perahu di sepanjang Sungai Mekong dari Yunnan sehingga Laut China Selatan dan akhirnya mendiami di tempat-tempat berbeza.
Mekong
Yunnan
Penduduk-penduduk awal Yunnan dapat dijejaki dalam sejarah sejak 170 juta tahun dahulu dari sebuah fosil homo erectus, ‘Manusia Yuanmou’,yang dijumpai pada tahun 60-an. Pada tahun 221 SM, Qin Shihuang berjaya menakluk Yunnan dan menyatukan China dan sejak itu mula menjadi sebuah wilayah dalam China. Mereka ini terkenal dengan teknik menanam tanaman padi untuk dibuat nasi.
Teori migrasi Yunnan
Teori Melayu Proto berasal dari Yunnan disokong oleh R.H Geldern, J.H.C Kern, J.R Foster, J.R Logen, Slametmuljana dan Asmah Haji Omar. Melayu Proto (Melayu asli) yang pertama sekali datang mempunyai kemahiran dalam bidang pertanian sementara golongan kedua, Melayu Deutro yang tiba sekitar tahun 1500 SM dan mendiami pesisir pantai mempunyai kemahiran menangkap ikan yang tinggi. Semasa berlakunya migrasi itu, kedua-dua golongan berkahwin dengan masyarakat-masyarakat dari pulau-pulau selatan seperti Jawa, serta penduduk tempatan yang berasal dari keturunan Australasia dan Negrito. Walaubagaimanapun masih terdapat beberapa pihak yang tidak mempersetujui teori ini.
Antara bukti-bukti lain yang menyokong teori ini termasuklah:
* Alatan-alatan batu yang dijumpai di Kepulauan Melayu sama dengan alatan-alatan dari Asia Tengah.
* Persamaan adat resam Melayu dan Assam.
* Bahasa Melayu dan Bahasa Kemboja adalah serumpun kerana tempat asal orang-orang Kemboja berasal dari sumber Sungai Mekong.
Delta Mekong
Menurut sejarah Khmer, tamadun terawal ialah tamadun Khmer Funan di Delta Mekong. Empayar Khmer Angkor ialah yang terakhir sebelum mereka mencari perlindungan di pelbagai tempat. Palembang dan Melaka adalah antara tempat berkenaan. Bukti-bukti arkeologi mendapati penduduk awal Kemboja adalah penduduk dari budaya zaman Neolitik. Mereka mahir dalam kemahiran teknikal sementara kumpulan yang lebih maju yang tinggal di pesisir pantai dan lembah Delta Mekong menanam padi.
Teks Melayu Tertua
Teks Melayu Tua
Teks silam Melayu yang dijumpai di Kedukan Bukit, Palembang tahun D mempunyai persamaan dengan muka pintu Yunnan 2006.
Inskripsi Batu Bersurat Kedukan Bukit tahun 682 yang dijumpai di Palembang dan tulisan tradisional masyarakat minoriti Dai adalah berasal bahasa-bahasa Pallava. Etnik Dai Yunnan adalah salah satu penduduk asal wilayah Yunnan, China.
Hubungan Melayu – Cham
Persamaan Bahasa Cham dan Bahasa Melayu dapat ditemui pada nama tempat-tempat seperti Kampong Cham, Kambujadesa, Kampong Chhnang dan sebagainya. Sejarah Melayu dengan jelas menyebut terdapatnya komuniti Cham di Melaka sekitar tahun 1400. Pada pertengahan tahun 1400 apabila Cham tewas kepada orang-orang Vietnam, lebih kurang 120,000 orang terbunuh dan pada sekitar tahun 1600 Raja Champa memeluk Islam. Pada sekitar tahun 1700 raja Muslim terakhir Champa Pô Chien mengumpulkan orang-orangnya dan berhijrah ke selatan Kemboja sementara mereka yang tinggal sepanjang pesisir pantai berhijrah ke Terengganu dan ada yang ke Kelantan.
Persamaan Bahasa Cham dan Melayu
Klik untuk gambar besar.
Wanita Yunnan
Wanita Yunnan hari ini juga memakai kain batik dan sarong. Perkara ini adalah satu persamaan dengan para wanita Melayu.

Pendatang-pendatang Hindu awal

Kedatangan pengaruh Hindu-Buddha mula memasuki kawasan Nusantara hanya beberapa ratus tahun selepas itu. Mereka ini mula memperkenalkan kebudayaan, seni bina, bahasa, tulisan, perkataan, makanan, adat resam, agama, sistem kerajaan, pendidikan moral dan banyak lagi kepada masyarakat setempat. Mereka ini mendirikan kerajaan Melayu tempatan pertama sendiri yang dikenali sebagai Srivijaya atau Vijayanaggar yang bertahan selama 1400 tahun.
Terdapat pelbagai versi kisah-kisah mengenai kedatangan pengaruh Hindu-Buddha ke alam Nusantara dicatitkan. Ini termasuk di dalam penulisan Tun Sri Lanang – Sulalatus As-SalatinHikayat Merong MahawangsaHikayat Hang TuahKisah Raja-Raja Pasaidan sebagainya. Bagaimanapun, saya akan huraikan perkara ini kemudian.
Pada masa ini, Asia Tenggara atau Kepulauan Melayu telah terbahagi kepada dua bahagian. Bahagian yang pertama adalah dari kerajaan Srivijaya yang mana kemudiannya pada era moden ini telah membentuk Malaysia, Indonesia dan Singapura. Bahagian yang kedua pula adalah dari kerajaan-kerajaan kuno Burma, Siam dan Khmer yang kemudiannya membentuk negara-negara moden Indo-China seperti Thailand, Vietnam, Kemboja dan sebagainya.
Pengaruh serta kuasa-kuasa Hindu-Buddha ini kemudian memperluaskan penggunaan bahasa serta penulisan mereka di sini. Mereka juga menggelarkan Asia Tenggara dengan nama ‘Suvarnabhumi’ yang bermaksud‘Tanah-Tanah Emas’.

2,500 tahun dahulu – Zaman Gangsa

Semakin ramai manusia tiba, termasuklah pelaut-pelaut dan puak-puak baru. Tanah Melayu menjadi tempat persimpangan perdagangan laut pada zaman lampau. Pelaut-pelaut yang datang ke pantai Semenanjung Tanah Melayu termasuklah orang-orang India, Mesir, Timur Tengah, Jawa, dan Cina. Ptolemy menamakan Tanah Melayu sebagai Aurea Chersonesus (Semenanjung Emas) sementara Tanah Jawa pula digelar sebagai Labadius satu perkataan yang diubah dari bahasa sanskrit lama. Gelaran asal di dalam Sanskrit ialahYavadvipa.
Pada ketika ini, kemahsyuran dan kemewahan yang terdapat di segenap pelusuk Asia Tenggara telah tersebar luas sejauh eropah. Kemewahan ini kebenyakkannya digambarkan sebagai ‘Kemewahan yang tidak disentuh’ oleh cerdik pandai dari barat pada zaman itu memandangkan tiada kerajaan-kerajaan besar di kawasan sekitar Asia Tenggara.
Claudius PtolemaeusMaka sememangnyalah tidak hairan apabilaClaudius Ptolemaeus atau Ptolemy, seorang ilmuan dari Alexandria atau Macedonia amat berminat dengan hasil-hasil bumi di sekitar Asia Tenggara sehingga beliau melukiskan peta Asia mengikut kefahaman beliau. Beliau turut melakarkan peta dunia dalam pengajian beliau mengenai Geografi dunia.
Ini juga menunjukkan bahawa para ilmuan Eropah dan barat telah lama memerhatikan keadaan di sekitar Asia Tenggara atau Nusantara, tetapi atas beberapa sebab, mereka hanya berjaya sampai ke sini pada kurun ke-16. Tetapi disebalik fakta ini, ada beberapa pendapat mengatakan bahawa telah berlaku beberapa siri eksplorasi penjelajahan dari kalangan penduduk Iskandariah atau Alexandria yang mengikuti siri penaklukan Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great.

10,000 – 5,000 tahun dahulu- Neolitik

Masyarakat mula mengetahui cara-cara membina rumah yang mudah dan mereka juga sekarang sudah mengetahui cara berkeluarga. Konsep asas moral dan masyarakat mula diterjemahkan.
Pada era ini jugalah dikatakan bahawa manusia mula memasuki Benua Eropah bagi meluaskan penempatan. Walaupun terdapat penemuan rangka manusia yang berusia lebih kurang 2 juta tahun di Eropah, tetapi belum ada bukti penempatan tetap atau sesebuah penempatan besar di sana sehinggalah pada era Neolitik.
Eropah Era Neolitik
Klik untuk gambar besar.

35,000 – 10,000 tahun dahulu – Mesolitik

Pakar-pakar Antropologi berjaya menjejaki sekumpulan pendatang baru iaitu pelaut-pelaut Melayu Proto yang berhijrah dari Yunnan ke Malaysia. Masyarakat-masyarakat Negrito (Orang Asli) dan masyarakat tempatan yang lain terpaksa berpindah ke lereng-lerang bukit. Di masa inilah manusia mula mengetahui cara-cara berpakaian, memasak, memburu, dan memburu dengan senjata batu yang lebih maju. Teknik berkomunikasi juga telah berkembang.
Ada teori berpendapat, pada era ini juga berlakunya dua pertembungan besar manusia dari 2 era atau zaman di dalam satu zaman. Teori itu mengatakan bahawa manusia dari zaman Mesolitik (dari Yunnan) telah berhijrah ke kawasan Tanah Melayu lalu bertemu dengan penduduk sini iaitu masyarakat Negrito yang masih lagi hidup dalam era Paleolitik.
Manusia dari dua era ini telah berkembang lagi apabila mereka bercampur sesama mereka dan mereka inilah yang kemudiannya digelar ‘Manusia Proto Asia’ yang kemudiannya menjadi ‘Polynesia’, ‘Micronesia’ dan ‘Melanesia’. Mereka-mereka ini kemudiannya berkembang dan bertaburan di sekitar Kepulauan Hawaii, New Zealand, Papua New Gunea, Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan beberapa negara sekitar Asia Tenggara lagi. Atas dasar-dasar tersebut juga, mereka-mereka ini dikatakan adalah ‘saudara’ kepada orang-orang Melayu.

40,000 – 35,000 tahun dahulu – Paleolitik

Era Paleolitik adalah sebuah era yang hari ini kita menyebutnya sebagai era ‘zaman batu’ atau ‘ice age’. Manusia-manusia awal menjalani kehidupan yang sederhana dengan menjalankan aktiviti pemburuan. Masyarakat awal masih mendiami di kaki-kaki bukit dan pada hari ini dikenali sebagai Orang Asli. Sekarang, Orang Asli berserta dengan orang-orang Melayu dan masyarakat pribumi Sabah dan Sarawak dikenali sebagai masyarakat bumiputra. 65% populasi di Malaysia adalah dari kalangan mereka.
Pada waktu ini, mengikut kajian DNA yang dilakukan oleh Spencer Wells yang ditaja oleh National Geographic dengan tajuk ‘The Journey of Man: A Genetic Odyssey’, muka bumi keseluruhan adalah masih kosong dan belum dihuni manusia terutamanya di bahagian-bahagian Eropah serta utara muka bumi seperti Russia dan sebagainya.
Apabila berahkirnya zaman ais (ice age), ais mula cair dan membanjiri hampir separuh dari muka bumi terutamanya di bahagian utara. Manusia seperti yang kita ketahui iaitu keturunan dari Nabi Allah Adam Alaih Salam pada ketika itu banyak tinggal atau menghuni sekitar Tanah Arab dan Afrika.
Mereka-mereka ini kemudian berpindah secara nomad apabila ais mula cair. Ada di antara beberapa kumpulan yang menjalani perpindahan ini, memilih untuk tinggal di sekitar Arab, India dan ada yang berjalan terus sehingga China dan Mongolia. Kumpulan yang lain pula melintas melalui Tanah Arab, Iraq, India, Afghanistan dan beberapa negara sekitar sebelum sampai ke tanah semenanjung yang kemudiannya kita gelar, ‘Tanah Melayu’. Ada yang memilih untuk menetap terus di sekitar kawasan ini manakala kumpulan yang paling akhir sekali meneruskan perjalanan sehingga Australia dan New Zealand. Keturunan dari mereka ini kemudiannya digelar ‘native Australian’ pada hari ini.

Tamadun Awal 40,000 – 2,000 Tahun Dahulu Di Tanah Melayu

Zaman Batu
Sejarah awal tamadun manusia di Tanah Melayu telah bermula tidak kurang 200,000 tahun dahulu di mana bukti-bukti kewujudan manusia dapat di jumpai sekitar Kota Tampan di Lenggong, Perak. Anatara penemuan terbesar yang pernah di rekodkan dalam kajian sejarah Malaysia ialah penemuan rangka manusia yang berumur sekitar 11,000 tahun di Leggong yang diberi nama ‘Perak Man’ atau ‘Orang Tampan’.
Di kawasan sekitar Lenggong juga, ditemui beberapa kawasan pembuatan peralatan-peralatan batu bagi membuat andas dan tukul-tukul batu bagi kegunaan manusia pra-sejarah yang masih terpelihara dengan baik.
Selain kewujudan manusia pra-sejarah Tanah Melayu di Lenggong Perak, antara penemuan terbesar Malaysia juga terdapat di sekitar Gua Niah, Sarawak. Bukti-bukti yang berusia lebih kurang 40,000 tahun ini menunjukkan bahawa sudah ada penempatan manusia sejak sekian lama.
Salah satu bukti kewujudan manusia pra-sejarah yang terkenal ialah lukisan-lukisan di dinding Gua Tambun seperti di bawah.
Lukisan Dinding Gua Tambun

Farul Azri


Sejarah Indonesia


Pendahuluan
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah oleh “Manusia Jawa” pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu. Periode dalam sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; era kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; era kemerdekaan, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta era reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Prasejarah
Secara geologi, wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa Pleistocene ketika masih terhubung dengan Asia Daratan. Pemukim pertama wilayah tersebut yang diketahui adalah manusia Jawa pada masa sekitar 500.000 tahun lalu. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es.
Era pra kolonial
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Kerajaan Tarumanagara menguasai Jawa Barat sekitar tahun 400. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut. Pada masa Renaisans Eropa, Jawa dan Sumatra telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dan sepanjang dua kerajaan besar yaitu Majapahit di Jawa dan Sriwijaya di Sumatra sedangkan pulau Jawa bagian barat mewarisi peradaban dari kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda.
Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7. Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dari Khilafah Bani Umayah meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan.
Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan/didorong melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan islam yg datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan/kesultanan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kesultanan/Kerajaan penting termasuk Samudra Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram di Yogja / Jawa Tengah, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di timur.
Kolonisasi Belanda
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
VOC
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya – baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, [Serikat Dagang Islam] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, [Budi Utomo]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Era Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Era kemerdekaan
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan “Proklamasi” pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Perang kemerdekaan
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label “Demokrasi Terpimpin”. Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah “rencana neo-kolonial” untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetab Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
Nasib Irian Barat Konflik Papua Barat
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Irian), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadapa Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
Gerakan 30 September / G30 S PKI
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk “Angkatan Kelima” dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Era Orde Baru
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.
Irian Jaya
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan “Act of Free Choice” (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Timor Timur
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang menintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002.
Krisis ekonomi
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Era reformasi Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto – sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.